Rabu, 21 Mei 2025

Sejarah Singkat Masyarakat adat PEBATO LIPU SULEWANA

Silahkan bagikan :
۞ السَّــــــلاَمُ عَلَيْــــــكُمْ وَرَحْمَــةُ اللــــهِ وَبَرَكَاتُــــــــــهُ ۞
۞ بســـــــــــــم اللّـــه الرّحمٰن الرّحيـــــــــــــم ۞
-----------------------------------------------------------------------

 

Sejarah Singkat Masyarakat adat

To Pebato merupakan salah satu suku asli yang kebanyakan menempati wilayah Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. To Pebato merupakan salah satu sub suku dari sekian banyak sub-suku Bare’e.

 

Menurut keterangan tokoh masyarakat adat Pebato Lipu Sulewana, Pebato sendiri memiliki makna “Menumpas Lawan/Musuh”. Dahulu To Pebato (Orang Pebato) bermukim di puncak Gunung Umbongi yang berjarak 3 KM dari pemukiman di Desa Sulewana saat ini. Konon, ketika itu musuh sering kali menjarah dan menyerang mereka. Olehnya, di Gunung Umbongi mereka membuat benteng pertahanan dari kayu yang mengelilingi gunung tersebut dan hanya membuat satu gerbang sebagai akses masuk dan keluar. dikarenakan tempat yang strategis saat terjadi peperangan, mereka dengan mudah menumpas lawan yang berada dibawah. Oleh sebab itu pula, gunung Umbongi lebih dikenal dengan sebutan Gunung Pebato.

 

Menurut catatan sejarah, pada era penjajahan wilayah ini dikuasai sepenuhnya oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda mulai memperkenalkan Agama Kristen kepada To Pebato oleh teolog dan misionaris Belanda, A.C.Kruyt dari Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) pada tahun 1892 serta Nicolaus Adriani dari Nederlands Bijbelgenootschap pada tahun 1895. Pembaptisan pertama kali dilaksanakan pada tahun 1892. Pembaptisan ini dilakukan kepada Kepala Suku Pebato Papa I Wunte dan Ine I Maseka bersama dengan sekitar seratus orang pengikutnya sekitar pada tahun 1901-1907.

 

Sebelum adanya Lipu Sulewana, komunitas ini dulunya berasal dari beberapa lokasi yang berada di pegunungan Umbongi yang terdiri dari beberapa kelompok keluarga hingga membentuk satu perkampungan yang bernama Lipu Mara’ayo adapun kelompok tersebut adalah :

 

1. Mowumbu

2. Batunoncu

3. Lipu ri Tongo

4. Ncarao

5. Kasiro

6. Tamungku

7. Waroe

8. Buyu Ganda

9. Lambagu

10. Mo’api

Hingga pada tahun 1933-1934, masyarakat yang bermukim di kampung Mara’ayo pindah ke Lipu Sulewana sekarang.

 

Sulewana sendiri berasal dari dua nama lokasi pemukiman penduduk, yaitu Sule berasal dari Sulempebayong dan Wana dari Tarawana. Kemudian disatukan menjadi Sulewana. Mereka yang bermukim di dua lokasi adalah yang berasal dari Lipu Mara'ayo (Gunung Pebato), yang terletak kurang lebih 3 km ke arah utara Lipu Sulewana. Perpindahan masyarakat itu dilakukan secara bertahap, dimulai pada tahun 1933 hingga pada puncaknya bulan agustus-oktober 1934 bersamaan dengan setelah selesainya masa panen padi ladang.

 

Berikut adalah daftar Kepala Kampung dan Kepala Desa di Sulewana:

Lipu Mara’ayo :

1. Ngkai Meringgi

2. Ngkai Djepa

3. Papa Nuki

4. Ngkai M. To’o

Pindah Lipu Sulewana :

1. Ngkai M. To’o

2. Balanda Talaku

3. Tarudju Ganta Lemba

4. Manggalita Penda

5. Djanggo Patade

6. Besunggu Kalingani

7. Lena Nto’o

8. Heni Meringgi

9. Lena Nto’o

10. Poipu Laparaga

11. Lamindu Kawanga

12. Ali Kope

Kepala Desa :

1. Eno Purasongka

2. Banti Tenggili

3. Yafet Ponsedo

4. Kurias Sagiagora

5. Paulus Baduge

6. Rantu Kamboli

7. Dasmin Ndo’o

8. Rantu Kamboli

9. Edison Kawanga

10. Redi Tanambo

11. Yus Rombot

12. Patrian Liudongi

13. Redi Tanambo

14. Exan Tanombo

15. Gilbert Kaose, S.E, M.M

16. Sunbiulu

17. Hermin Mira (PJS)


Sumber : DISINI


۞ الحمد لله ربّ العٰلمين ۞

-----------------------------------------------------------------------

0 comment:

Posting Komentar

۞ MEDIA - SOSIAL ۞