Sejarah Singkat Masyarakat adat
Sekitar abad XV Masehi di satu
tempat yang bernama Tinoe, hidup orang sekelompok orang di bawah pimpinan
seorang pemuda yang bernama Rabili. Komunitas mereka dalam bahasa Badanya
disebut Boea, Rahili adalah anak dari Rawintu. Setiap hari pekerjaan mereka
adalah berburu binatang. Suatu hari Rabili menemukan satu bukit yang indah
untuk tempat bermukim, maka diajaknyalah teman-temannya untuk pindah ke tempat
itu, yang di beri nama Bulili. Pemberian nama ini dilatarbelakangi oleh hidup
mereka yang berkeliling (Mambubulili) dari satu tempat ke tempat yang lain
untuk berburu binatang, Selanjutnya Rabili juga menemukan satu bukit yang
dijadikannya sebagai tempat penyembahan, karena di bukit itu hidup satu pohon
Beringin yang sangat besar. Bukit itu di beri nama Powalia, Namun pada akhirnya
Rabili sepakat untuk menebang pohon Beringin itu, dan di butuhkan 7 hari untuk
proses penebangan pohon tersebut. Setelah pohon itu tumbang, kembali mereka
melaksanakan ritual dalam bahasa Bada disebut Mowalia. Anehnya, ketika pohon
itu tumbang muncul 7 nama tempat, sesuai dengan jumlah dahan pohon Beringin
tersebut, yaitu Panto, Lanti, Kaladuna, Piore, Kahabu'a, Lento, dan Pakawa,
Setelah itu, Rabili membuat Duhunga yaitu bangunan yang terbuat dari kayu
dengan model perau sebagai tempat tinggalnya pada saat itu pula datanglah
seorang yang bemama Manuru mempersunting putri dari Rabilli. Buah kasih
perkawinan mereka melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Lapabada,
selanjunya Lapabada melahirkan 3 orang anak yang diberii nama Lapadandi,
Lapalando, Longki.
Zaman terus berkembang masyarakat
Bulili terus menyebar dan pemimpipun bergantian untuk memimpin kampung Bulili.
kalau dulu kampung Bulili dikenal dengan kepercayaan animisme yang sangat kuat
tapi sekarang mnsyarakat Bulili telah memegang teguh kepercayaan iman
masing-masing sesuai agamanya.
Sumber : DISINI
0 comment:
Posting Komentar