Saat ini perempuan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bersosial mendapat banyak sorotan dan perhatian,
terkhusus dalam peran publik, ikut mengisi dan turut berpartisipasi merupakan
kiprah perempuan dalam mencapai kebaikan kehidupan masyarakat. Kiprah perempuan
sebagai ibu, pendidik, aktifis sosial, atau kiprah dalam bidang politik. Salah
satu budaya dalam masyarakat Kaili kota Palu yang dapat menunjukkan peran
perempuan di bidang publik dapat dilihat pada kegiatan pesta perkawinan
(nosalia poboti).
Dalam rangkaian acara tersebut
perempuan mempunyai keterlibatan yang sangat erat di dalamnya. Mulai dari
mengundang (negaga) keluarga, teman, dan handai tolan, mempersiapkan pengantin
dengan kegiatan mandi rempah atau (topopasaa), menghias pengantin (ina boti),
mengatur makanan (ina rampu) dan menerima pengantin perempuan sebagai anggota
keluarga saat acara mamatua (niingga). Melihat dari berbagai macam keterlibatan
perempuan dalam kegiatan publik merupakan hal yang wajar dan penting untuk
dilakukan. Dominannya perempuan tersebut merupakan tempat untuk menjadi arena
pentas aktifitas perempuan Kaili Palu.
Peran perempuan dalam kaca mata
masyarakat masih cenderung menilai bahwa perempuan idealnya berada pada ranah
domestik saja dan itu sekan-akan merupakan hal yang mutlak bagi perempuan untuk
mengurus rumah tangga, mengurus anak dan suami. Alhasil ada istilah tugas
perempuan seputar 3UR, yaitu kasur, dapur, dan sumur. Padahal mestinya dengan
melihat kebutuhan zaman bahwa saat ini peran perempuan tidak hanya di domestik
saja tapi juga dibutuhkan dalam bidang publik agar dapat mengambil kesempatan
untuk menyelami arena politik yang telah diberikan oleh pemerintah.
Aida Vitalaya dalam jurnal Indah
Ahdiah membagi peran perempuan menjadi lima peran, yaitu pertama peran tradisi,
hal itu menempatkan perempuan sebagai alat dan fungsi reproduksi (mengurus
rumah tangga, melahirkan, mengasuh akan serta mengayomi suami. Dalam lingkungan
masyarakat di Desa merupakan hal yang mutlak tentang perempuan yang ditempatkan
pada posisi atau situasi yang bersifat domestik atau dalam negeri atau dalam
rumah. Sehingga banyak keinginan para perempuan untuk berpendidikan tinggi yang
harus terkubur karena tradisi yang sudah kental itu.
Kedua, peran transisi, hal itu
mengelompokkan peran transisi lebih utama atau penting dibandingkan peran yang
lain, karena pembagian tugasnya mengikuti aspirasi gender. Sebagaimana yang
telah diketahui bahwa gender merupakan konsep kultural yang mengarah pada
karakteristik antara laki-laki dan perempuan baik secara moral, mental,
biologis, perilaku dan sosial budaya. Pandangan atau aspirasi masyarakat itu
yang selalu dilekatkan pada perempuan bahwa ia merupakan makhluk yang feminim
dan seharusnya tidak jauh-jauh dari zona atau rumahnya.
Ketiga, Dwiperan, yang meletakkan
posisi perempuan dalam kehidupan domestik dan publik. Peran ini merupakan peran
yang lebih baik, sehingga perempuan dapat merasakan dan melakukan pekerjaan
sesuai dengan keinginan mereka tanpa memikirkan keterbatasan pergerakan bagi
seorang perempuan. Di samping itu, perempuan juga bisa tetap melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya sebagai anak, istri, atau pun ibu. Apabila keduanya dapat dilakukan dengan baik
dan benar, maka tidak menjadi halangan lagi untuk para perempuan dalam berperan
aktif di luar hal-hal yang bersifat domestik.
Keempat, peran egalitarian yaitu
peran yang lebih menyita waktu dan perhatian untuk kegiatan di luar sedangkan
urusan dalam dapat diacuhkan. Terkadang ada perempuan yang lebih suka
beraktivitas di luar rumah di bandingkan dengan di dalam rumah. Hal tersebut
boleh saja dilakukan, asalkan suatu tugas dan kewajiban sebagai anak, ibu, dan
istri tetap harus dilakukan sebagaimana mestinya.
Kelima, peran kontemporer,
memiliki dampak yang besar karena perempuan dapat memilih untuk mandiri dalam
kesendirian. Peran ini dapat dipegang oleh beberapa perempuan yang lebih
cenderung menyukai hal-hal yang tidak melibatkan banyak orang. Namun, perlu
diingat kembali bahwa manusia itu tidak bisa lepas dari bantuan orang lain, karena
manusia memiliki sifat individual dan sosial.
Kelima peran di atas telah
menjelaskan bahwa perempuan mempunyai peran yang pastinya memiliki kelebihan
dan kekurangan. Sebab itu, tugas perempuan ialah mencari peran apa yang harus
diterapkan dalam dirinya untuk menjadi bekal dalam menghadapi segala rintangan
yang ada baik dalam rumah tangga atau masyarakat luar.
Sebagaimana para perempuan yang
ada pada lingkungan masyarakat suku Kaili yang memandang peran, kedudukan dan
hak perempuan dari segi bersosial dipandang terhormat dan tinggi. Terdapat
mitos to manuru yang menjelaskan bahwa asal pemimpin suku kaili. Mitos tersebut
menerangkan bahwa penjelmaan manusia dari kayangan yang dipercayai oleh
masyarakat kaili merupakan cikal bakal yang dapat memberikan pengaruh dalam
kehidupan di masyarakat. Masyarakat Kaili mempercayai bahwa dengan to manuru
yang perempuan sebagai istri dapat memberi pengaruh yang besar bagi kehidupan
bermasyarakat dan juga memberikan generasi-generasi yang hebat.
Demikianlah pandangan masyarakat
Palu, khususnya suku Kaili dalam menempatkan perempuan di derajat yang tinggi
dan terhormat. Namun, semua itu tidak lepas pada kepercayaan-kepercayaan para
nenek moyang terdahulu yang meyakini bahwa mitos itu ada dan termasuk hal yang
benar.
Sumber : DISINI
0 comment:
Posting Komentar